Saturday, November 1, 2008

Gunakan Software Photoshop

Untuk design dan output film gunakanlah software Photoshop untuk mengolah gambar yang akan diproduksi cetak. Software lain seperti Windows picture and Fax viewer atau Photo point tidak direkomendasikan penggunaannya. Karena kedua software tersebut dalam penggunaan setting color tidak memadai.

Sedangkan software Photoshop diciptakan sebagai software digital imaging yang khusus mengolah data bitmap atau gambar serta mendukung semua fasilitas yang diperlukan dalam mengolah gambar digital yang baik seperti icc profile, tools untuk manipulasi gambar, setting resolusi input serta preview yang memungkinkan dikalibrasi mendekati hasil cetak. Kesemua hal ini tidak terdapat pada software lain yang memiliki kemampuan untuk membuka gambar digital.


3. Konversi RGB ke CMYK

Konversi warna dari RGB ke CMYK merupakan hal yang paling sering dilakukan pada tahap awal pengolahan gambar. Hal ini karena pada umumnya ada beberapa scanner atau kamera digital yang bekerja dengan warna RGB. Sering kali saat konversi warna terjadi penurunan warna (drop) dari warna RGB.

Seberapa jauh konversi warna yang terjadi tergantung jenis profile CMYK pada Color Setting yang dipilih. Penyebab terjadinya penurunan warna itu disebabkan adanya perbedaan colorspoce antara RGB ke CMYK dimana colors pace RGB lebih besar dari CMYK.


Hal yang paling penting saat konversi dari RGB ke CMYK, adalah:

Jenis icc profile CMYK yang digunakan pada menu Color Setting di photoshop. Hal tersebut menentukan seberapa jauh dan bagus hasil CMYK yang telah dikonversi.

Apabila ingin melakukan konversi secara langsung dari RGB ke CMYK maka setting icc profile pada menu Color Setting harus diperiksa dengan benar. Pilihlah icc profile yang sesuai dengan karakteristik mesin cetak kita (dibuat sendiri dengan alat Spectrophotometer) atau pilih default pada Photoshop, misalnya US Sheetfed Coated.


Cara melakukan konversi RGB ke CMYK, sebagai berikut:
Buka gambar pada Photoshop
Pada menu image pilih Mode kemudian klik Convert to Profile
Aturlah setting didalamnya, seperti:
  • Pada Destination space pilih icc profile yang diinginkan, misal LinkMatch 2005
  • Pada Conversion Option pilih intent perceptual
  • Non aktifkan Use Black Point Compensation dan klik OK


Dalam suatu proses kalibrasi monitor di sebuah Penerbitan majalah, seorang Photographer bersikeras bahwa warna yang harus sama dengan hasil cetak harus menggunakan software "Windows Picture" bukan Photoshop. Karena si Photographer tersebut meyakini software tersebut "sesuai" dengan hasil karyanya selama ini.
Mengenai masalah yang dihadapi desainer yang lain dalam reproduksi cetak, sang photographer mengganggap itu adalah "urusan" desainer bukan urusan photographer.Akhirnya, setelah kami memberi penjelasan clan ujicoba, maka baru ada kesepakatan "winwin solution".

Tips - Usahakan selalu memberi data yang sudah dalam format CMYK karena apabila masih dalam format RGB,saat di output ke film separasi CtP akan menyebabkan gambar tersebut hilang, menjadi black & white atauoun “ngaco” warnanya. Usahakan untuk mendapatkan icc profile dari percetakan yang telah memiliki internal profile agar hasil lebih optimal.


4. Resolusi gambar

Resolusi gambar sering juga disebut sebagai resolusi input, yaitu banyaknya elemen yang membentuk suatu gambar, dimana besarnya dinyatakan dalam ppi (pixel per inch) ataupun dpi (dot per inch). Untuk mengetahui resolusi input untuk produksi cetak yang tepat ada rumus yang dapat digunakan yaitu : 2 x screen ruling. Jika screen ruling yang digunakan ISO Ipi, maka resolusi input menjadi 300 dpi.


Istilah screen ruling pada percetakan sering disebut dengan raster atau ada juga yang menyebutnya sebagai screen frequency. Besar kecilnya screen ruling sangat dipengaruhi oleh jenis kertas yang akan digunakan saat mencetak. Misalkan untuk mencetak suatu gambar dengan kertas koran, screen ruling yang digunakan adalah 85 Ipi, sehingga resolusi inputnya cukup dengan 2x85 Ipi = 170 dpi. Bagi seorang desainer yang paling penting dipahami adalah resolusi input yang diperlukan untuk produksi cetak adalah 300 dpi (sebagai default).


File yang diambil dari kamera digital pada umumnya beresolusi 72 dpi dengan ukuran panjang dan lebar yang sangat besar. Dalam hal ini yang perlu menjadi perhatian adalah total size gambar tersebut.


Misalkan kamera digital low end yang memiliki kemampuan menghasilkan gambar sebesar 4.8 Mb, resolusi input : 72 dpi, dimensi 34.4 cm x 46.2 cm, maka ukuran ideal untuk produksi cetak yang membutuhkan resolusi 300 dpi adalah 8,2 x menjadi perhatian adalah total size gambar tersebut. Oleh karena itu untuk membuat cover majalah berukuran A4 diperlukan total file size yang lebih besar dengan sumber dari kamera didtal hi-end. Berikut untuk mengubah resolusi gambar.


  • Buka file gambar
  • Plih menu image > image size
  • Perhatikan resolusi awal dan total file size
  • Non aktifkan menu : resample image.
  • Ganti resolusi 72 dpi menjadi 300 dpi
  • Perhatikan total file size tetap seperti saat 72 dpi hanya ukuran gambarnya yang menjadi lebih kecil.

Perhatikan
Standar resolusi input gambar untuk produksi cetak adalah 300 dpi, bila kurang dari 300 dpi maka gambar akan terlihat jagged (pecah).

INTERNET

Untuk keperluan produksi cetak yang baik, gambar-gambar dari internet tidak direkomendasikan karena filenya kecil dan menggunakan format JPEG (sudah dikompresi). Data tersebut cocok untuk presentasi, diprint ke digital printer biasa ataupun untuk keperluan web site.

Industri surat kabar sering mendownload gambar dari internet tapi sumber gambarnya disediakan secara khusus dengan kualitas yang sesuai dengan koran. Meskipun gambar disimpan menggunakan format JPEG, tapi sumber gambar berasal dari hi-end kamera digital Dan format JPEG yang kualitas tinggi, sehingga detail gambar tetap baik.

Tips : Ketelitian dalam menganalisa gambar pada saat awal bekerja sangat menolong dalam menghindari banyak permasalahan setelah produksi cetak seperti gambar yang pecah-pecah, tidak tajam, dan warna yang tidak baik. Selalu usahakan pilih kualitas gambar digital yang terbaik.

Photo CD


Saat ini banyak jasa yang menjual gambar digital yang sudah jadi dalam bentuk stok foto digital. Dalam satu CD terdapat banyak gambar digital yang dapat dipesan lewat katalog maupun melalui internet.

Untuk produksi cetak, hal yang harus diperhatikan adalah resolusi gambar tersebut, karena pada umumnya resolusinya tersedia dalam 6 macam yaitu : base/ 16, Base/4, base, 4 base clan 16 base serta 64 base. Untuk pekerjaan profesional biasanya menggunakan resolusi 64 base seperti yang diterapkan oleh Corel Draw dengan Pro photo CD.

SCANNER


Seperti halnya kamera digital, scanner uga menggunakan teknologi CCD sebagai sensor penangkap gambar. Teknologi scanner lebih dulu berkembang dibanding kamera digital. Scanner hi-end pada umumnya berupa drum scanner yang menerapkan :eknologi PMT (photomultiplier) sebagai sensor pembaca yang memungkinkan men-scan slide dengan pembesaran diatas 1000% dengan kualitas yang bagus.

Masuknya teknologi kamera digital segera "membunuh" teknologi drum scanner sehingga beberapa vendor terkenal yang memproduksinya terpaksa harus men-discontinue produk tersebut. Dan saat ini yang masih terus dikembangkan adalah teknologi CCD atau flatbed scanner.

Kelemahan utama scanner dibanding kamera digital adalah kita masih harus menggunakan data analog berupa photo, slide, contoh cetakan yang harus diproduksi terlebih dahulu, sehingga membutuhkan proses dan waktu yang lebih lama. Dengan menggunakan kamera digital kita dapat langsung mendapatkan clan mengolah data digital secara langsung dan cepat tanpa harus diproses di lab atau diubah jadi photo terlebih dahulu.

KAMERA DIGITAL

Kamera digital menggunakan CCD (Charged Couple Device) clan CMOS sebagai sensor penangkap gambar. x screen ruling atau default 300 dpi. Ukuran yang dipakai dalam penentuan resolusi adalah dpi (dot per inch) atau ppi (pixel per inch).

Pembesaran dan pengecilan gambar bitmap akan berpengaruh besar pada kualitas gambar. Saat pembesaran, gambar akan membuat pixel baru dari pixel yang sudah ada sebelumnya. Gambar menjadi out of focus atau kabur. Hal ini jelas akan mengurangi detail gambar dan kekayaan warnanya. Oleh karena itu yang terbaik adalah pembesaran dilakukan saat proses digital input, baik itu menggunakan kamera digital atau scanner.


Gambar bitmap mampu mempresentasikan gambar secara riil clan sempurna, contohnya hasil kamera digital. Photoshop merupakan aplikasi yang paling banyak digunakan untuk pengolahan gambar-gambar digital, seperti foto digital. Bentuk pengolahan tersebut berupa penyesuaian warna, manipulasi foto clan membuat efekefek khusus atau digital imaging.


Teknologi CCD saat ini telah mampu menangkap jutaan pixel. Semakin banyak pixel yang bisa ditangkap maka semakin detail gambar yang dihasilkan. Kamera digital dengan teknologi Hiend biasanya mampu menghasilkan gambar digital lebih clari 20 Mb clan mempunyai software sendiri untuk mengedit clan men-transfer ke Photoshop serta menggunakan format TIFF bukan J PEG.


Data gambar digital yang lebih dari 20 Mb sangat baik untuk pembuatan cover dengan format A4. Sementara kamera digital dengan teknologi Midend mampu menghasilkan gambar digital kurang lebih berkisar 10-20 Mb. Data tersebut cocok untuk keperluan majalah maupun brosur dengan ukurankurang lebih seukuran postcard.


Kamera digital dengan teknologi Lowend saat ini mampu menghasilkan gambar digital berkisar dibawah 10 Mb. Pada umumnya teknologi ini menggunakan software plug-in dengan photoshop dan menggunakan format JPEG untuk penyimpanan datanya.


Yang paling menonjol dalam membedakan gambar digital dari kamera digital yang harganya puluhan hingga ratusan juta dengan yang harga dibawah 5 juta rupiah adalah detail dan ketajaman gambar. Bahkan saat ini adanya fasilitas kamera digital pada handphone clan handycam yang tidak menutup kemungkinan suatu saat kualitas gambarnya benar-benar baik untuk dapat diterapkan untuk produksi cetak.

GAMBAR BITMAB

Sumber Gambar Digital

Mempersiapkan gambar digital untuk reproduksi cetak yang baik memerlukan pemahaman antara desain, prepress dan cetak. Pemahaman tersebut membantu Anda dalam memprediksi bagaimana gambar tersebut akan terlihat saat diproduksi, mengarahkan pada biaya yang lebih rendah dan juga ketergantungan jadwal.

Saat ini suatu gambar digital dapat diperoleh melalui berbagai peralatan seperti kamera digital, scanner, photo CD dan juga internet. Seiring dengan perkembangan teknologi yang terus melaju, saat ini kamera digital merupakan perangkat yang paling praktis dibanding scanner. Perkembangannya yang begitu pesat.

Gambar bitmap sering disebut gambar raster. Istilah raster bitmap sendiri merujuk pada gambar bilevel (I bit), yaitu gambar dibentuk oleh sekumpulan titik yang disebut pixel (picture element) dalam suatu grid. Titik persegi berkumpul seperti mozaik bergabung dan memanipulasi mata kita sehingga dalam jarak tertentu akan terlihat gambar secara utuh dalam bentuk dan warnanya.

Pixel-pixel pada gambar bitmap mempunyai warna clan nilai tersendiri. Dalam pembesaran tertentu, pixel akan terlihat berjajar, baik vertikal maupun horizontal seperti yang terlihat pada layar monitor. Gambar bitmap merupakan resolusi dependent. Artinya, kualitas gambar bitmap sangat tergantung pada banyaknya titik atau pixel yang membentuk gambar atau disebut dengan resolusi input. Semakin tinggi resolusi input, gambar yang akan dihasilkan akan semakin baik detailnya maupun kekayaan warnanya, namun resolusi input yang disarankan adalah dengan variasi harga dan kualitas yang terus berkembang saat ini agak sulit dibuat klasifikasi.

Apapun jenis perangkat input yang digunakan untuk menghasilkan gambar digital yang baik pada produksi cetak adalah SELALU PERSIAPKAN GAMBAR ORIGINAL SEBAIK MUNGKIN.
Garbage In Garbage Out, bila yang diolah sampah (gambar yang kurang baik kualitasnya) maka hasil produksinya bisa dipastikan juga akan terlihat kurang baik.

ANALISA & KOREKSI GAMBAR

Hal penting lain yang perlu diperhatikan untuk mendapatkan kualitas gambar digital yang baik pada hasil cetak adalah dengan menganalisa warna clan ketajaman gambar yang diinginkan. Uncuk membantu melihat angka tiap bagian yang ingin diedit, gunakan tool info. Gambar yang terlihat baik di monitor belum tentu baik pada hasil cetaknya. Tapi gambar yang memiliki nilai yang baik, pasti hasil cetaknya akan menjadi baik.
Seringkali seorang desainer hanya berpatokan dengan warna di monitor tanpa melihat komposisi warna yang sangat berpengaruh pada hasil cetak. Mengapa warna gambar pada monitor harus di edit sesuai dengan angka-angka tertentu? Tidak lain adalah karena karakteristik tiap produksi cetak yang berbeda-beda.
Untuk cetak offset yang menggunakan kertas art paper, bagian tergelap/shadow tidak boleh 100% semua karena akan menyebabkan detail pada bagian tersebut tidak terlihat, begitu juga dengan komponen yang lainnya.

Paling tidak ada 6 hal utama yang harus diperhatikan :

  • Tentukan nilai bagian highlight
  • Tentukan nilai bagian shadow
  • Atur bagian gambar yang mengandung cast
  • Atur tone gambar
  • Koreksi warna
  • Atur ketajaman gambar.

Tentukan bagian highlight dan shadow
Highlight (white point) adalah bagian terputih dari suatu gambar yang masih mempunyai nada/detail. Bukan bagian yang memiliki nilai C:0, M:0 Y:0. Untuk menentukan nilai highlight dan shadow pada photoshop dapat menggunakan menu Curve atau Level.
- Untuk pemakaian pada art paper nilai untuk bagian highlight:
C :5%
M:3%
Y : 3%
K: 0%
Untuk pemakaian pada cetak koran :
C:7%
M: 5%
Y: 5%
K: 0%

Shadow (dark point) adalah: bagian terhitam/tergelap dari gambar dan masih memiliki detail.
Untuk pemakaian art paper nilai untuk bagian shadow adalah:
C: 94%
M: 80%
Y: 80%
K: 72%
Untuk pamakaian cetak koran:
C:90%
M: 75%
Y: 75%
K: 68%

2. Color Cast
Color cost adalah istilah yang sering digunakan untuk menyatakan warna bias yang tidak diinginkan, misalnya yellowish (kekuningan), redish (kemerahan), can bluish (kebiruan). Dengan membuang cost akan didapat grey balance dan gambar akan terlihat netral. Di Photoshop untuk membuang cast dapat menggunakan fungsi curve, selective color, atau color balance.

3. Tone
Tone adalah nada yang dapat memberikan efek kontras secara proporsional dan menghindari gambar terlihat flat atau datar.
Selain itu juga fungsi tone juga untuk memperbaiki nada yang over-exposed maupun under-exposed. Pada Photoshop, untuk memperbaiki tone dapat menggunakan menu Curve. Dengan memperbaiki nada pada tone atau midtone gambar akan terlihat lebih hidup clan kontras.

4. Koreksi Warna

Koreksi warna sangat diperlukan sema kali kica hendak meng-edit ;art,oar. Hal ini dikarenakan warna gunbar itu sendiri yang kurang baik, asa juga karena keinginan customer .ang ingin memanipulasi warna atau =lam rangka menyesuaikan dengan c.arakteristik output.
Pada cetak offset 100% black terlihat udak solid sekali hingga harus ditambah 30% cyan baru terlihat hitam pekat. Hal ini disebabkan kualitas tinta cetak hitam kurang sempurna. Pada photoshop, untuk melakukan koreksi warna dapat menggunakan menu Selective color.

5. Sharpness/Ketajaman

Sharpness merupakan suatu fungsi yang sangat diperlukan dalam mengolah gambar untuk produksi cetak. Hal ini sangat membantu agar gambar terlihat kontras clan tajam saat dicetak.
Efek terbaik sharpness diperoleh saat perekaman gambar oleh hardware dalam hal ini kualitas kamera digital akan sangat terlihat. Gambar yang diperoleh dari kamera digital yang profesional atau hi-end sangat jauh berbeda dengan kamera digital yang biasa saja, meskipun di Photoshop dapac dibantu dengan menu Unsharp masking, hasilnya tidak akan menyamai dengan yang langsung diciptakan oleh perangkat hardware-nya.
Istilah sharpness memiliki nama lain yang berbeda penyebucannyatergantung setiap software perangkat input, seperti USM, Filter, Sharpness, Unsharp mask clan lain-lain.

6. Jangan lupa untuk me-link i

Setelah Anda membuat desain, kumpulkan gambar digital menjadi satu folder tersendiri, dengan demikian tidak akan terjadi miss link saat proses output.
Seringkali kecika ada revisi gambar kita lupa untuk me-link ulang pada software aplikasi. Apalagi penamaan

7. Variasi Gambar Line Art
Line an adalah suatu gambar yang terdiri dari hitam dan putih dengan format bilevel dan tidak mempunyai nada. Untuk mereproduksi gambar dengan format lineart dengan baik, yang harus diperhatikan adalah saat scanning, resolusi input yang digunakan adalah sesuai dengan resolusi output, apabila gambar lineart tersebut akan dicetakgambar yang direvisi hanya ditambahkan angka I, 2 dan seterusnya. Misal Apel menjadi Apell, Apel rev, Apel-a, clan seterusnya dengan kertas artpaper maka resolusi input = 2400 dpi, sama dengan resolusi output di imagesetter atau CtP.

Penyimpanan data fineart dengan format grayscale akan menghasilkan garis yang kurang tajam. Misalkan dengan resolusi 300 dpi, hasilnya akan sangat kurang bagus. Gambar dalam format lineart biasanya sering digunakan dalam mereproduksi gambar untuk komik clan scan teks atau logo. Data lineart juga mengandung data yang besar sekali. Kalau Anda perhatikan banyak sekali iklan-iklan dimajalah yang hanya men"scan" ulang dari brosur atau contoh Man yang pernah ada, sehingga teks terlihat "jagged". Seharusnya teks harus di tracing ulang.


Gambar Hitam Putih, Sepia dan Duotone
Gambar hitam putih atau grayscale sangat umum digunakan untuk Man maupun berita untuk koran atau majalah. Selain itu gambar hitam putih bisa juga dibuat dengan 4 warna untuk meningkatkan dimensi warna atau untuk membentuk efek sepia. Untuk menghemat biaya cetak, pencetakan warna duotone juga merupakan teknik pewarnaan alternatif yang baik agar tetap menimbulkan kesan " seni" yang tinggi apalagi diikuti oleh jenis kertas yang high quality.

FORMAT FILE

Format File - Dalam indutri grafika ada beberapa format file yang digunakan untuk dapat saling melakukan pertukaran informasi dari software aplikasi yang satu terhadap yang lain. Misalkan Anda membuat suatu ilustrasi menggunakan software Illustrator clan ingin menggabungkannya dengan teks lain yang dibuat di Quark X press, maka Anda harus menyimpan pekerjaan Anda di Illustrator dengan format eps agar dapat dikenali oleh QuarkXPress.

Dan hal yang lebih penting lagi adalah pekerjaan-pekerjaan yang sudah dibuat oleh berbagai software aplikasi tersebut harus dapat di output ke imageseter atau CtP yang mendukung postcript file atau PDF. Suatu pekerjaan yang dibuat di PC atau Macintosh dengan format yang tidak didukung oleh postcript file akan mengakibatkan gambar tersebut hilang atau menjadi black and white saat di-output. Dibawah ini beberapa format ~ e yang disarankan untuk produksi cetak.



TIFF


  • TIFF singkatan dari Tagged Image File Format, merupakan format file yang tidak terkompres untuk tetap memelihara kelengkapan data warna yang terekam.
  • Format Tiff hanya berlaku untuk data bitmap, clan menjacli default dalam penyimpanan gambar dari scanner, kamera digital hi-end maupun photo CD untuk profesional

EPS


  • EPS singkatan dari Encapsulated PostScript, adalah format file yang digunakan untuk mengirim informasi gambar bitmap postscript dari satu program ke program yang lain.
  • Format EPS dapat diterapkan uncuk gambar bitmap maupun data vektor. Selain itu juga pada Adobe Photoshop format EPS dapat meng-embed informasi halftone dan transfer curve.

JPEG


  • JPEG atau joint Photography Expert Group merupakan format file terkompresi untuk mobilitas data yang tinggi dan praktis. Produksi surat kabar dapat menggunakan format JPEG maximum agar detail tetap baik.
  • Gambar yang sudah di "save" dalam format JPEG tidak bisa dikembalikan ke TIFF. Data sudah banyak yang hilang meskipun di komputer bisa dilakukan, namun pada hasil cetak tetap kurang bai k.

DCS

  • DCS atau Desktop Color Separation, adalah format file yang terdiri dari 5 files, yang pertama mengandung preview untuk tampilan dimonitor (lowres) dan keempat lainnya berisi data hi-res yang digunakan saat output ke imageseter atau CtP. Apabila bekerja dengan format ini, kelima gambar tersebut harus dikumpulkan dalam satu folder supaya saat output dapat ter-link clan dapat menghindari terjadinya missing gambar atau gambar lowres.
  • Kelebihan format ini adalah dapat mempercepat kerja RIP imagesetter atau CtP karena data yang di "baca" saat ripping tidak sekaligus seperti TIFF atau EPS melainkan per-warna/channel. Format file DCS memiliki 2 jenis yaitu DCS I clan DCS 2 dimana DCS 2 dapat menyimpan data yang mengandung spot color/warna khusus. Format DCS I banyak di terapkan dalam copydot scanner.

PDF

  • PDF atau Portable Document Format, adalah format file yang digunakan setelah semua pekerjaan sudah dibuat clan siap untuk di output. Cara membuat PDF yang digunakan untuk produksi cetak tidak sama dengan cara membuat PDF untuk keperluan lain. Oleh karena itu harus berhati-hati dalam menggunakan file PDF untuk produksi cetak. Konsultasikan dengan pihak pracetak yang akan memproses file tersebut.
  • Kelebihan file PDF ini antara lain dapat mengkompresi data namun kualitas tetap baik, meng-embed gambar bitmap/teks clan vector, serta bersifat cross platform sehingga dapat dibuka di PC maupun Macintosh.
Ruli, seorang operator macintosh yang bertugas output film separasi disebuah repro house harus rela menerima"sarapan pagi" berupa omelan dari sang Boss karena ketidak-telitiannya dalam memeriksa gambar.
Pagi itu hasil progressive proof milik sebuah supermarket besar yang berisi tentang promosi berbagai jenis barang clan makanan beserta harganya menunjukan ada tiga gambar dari seratus dua puluh gambar lain vang berwarna hitam putih, sementara seharusnya semua berwarna. Setelah diperiksa ulang data digital ketiga gambar tersebut ternyata memang file format yang digunakan adalah format GIF. Entah bagaimana file format tersebut dapat terselip, yang pasti gara-gara kesalahan tersebut maka film separasi seukuran 1 plano sebanyak 4 lembar dan progressive proofnya harus diulang lagi. (mudah-mudah gaji Ruli tidak potong)

Tips : Gambar yang sudah disave dengan format JPEG apalagi JPEG medium atau low kemudia disave lagi ke TIFF tidak ada gunanya karena gambar sudah kehilangan banyak data akibat kompresi awal.

JENIS FONT

Teks/Font
Font atau huruf merupakan salah satu komponen dalam desain grafis. Pada sebuah logo, huruf dapat tampil sebagai informasi nama dari produk atau perusahaan. Pada kemasan, huruf dapat tampil sebagai logo dari perusahaan dalam bentuk brand (clan sub brand), deskripsi produk clan informasi pendukung lainnya.
Saat ini ada ribuan jenis font yang dapat tampil di monitor, terlepas dari masalah estetika atau typografi-nya, namun agar font-font tersebut dapat 'muncul' dengan benar pada proses produksi cetak maka ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh desainer.

Teori Font
Secara teori ada 2 jenis font yaitu:
I. Type 1 atau PostScript font
2. Truetype font
Dalam perkembangannya saat ini muncul beberapa jenis font seperti Open Type, dan lain-lain.

Type 1 atau PostScript font
Font jenis ini dikeluarkan oleh Adobe dan terbagi atas:

  • Screen font - Screen font merupakan font dengan bentuk bitmap clan sangat dipengaruhi oleh ukurannya. Screen font digunakan untuk tampilan pada monitor. Font ini akan terlihat "jagged" jika font tersebut dirotasi di software aplikasi.
  • Printer font - Printer font juga merupakan font dengan bentuk vektor/grafik sehingga tidak dipengaruhi oleh ukuran (size independent). Jenis font ini digunakan untuk output pada printer tetapi font ini harus didownload terlebih dahulu ke printer saat akan meng-output. Jika printer font tidak ada maka hasil outputnya akan bergerigi walaupun tampilan pada monitor terlihat bagus. Postcript font sangat direkomendasi untuk menghindari masalah missing font pada saat produksi.

Truetype font
Perbedaan dengan Postscript font, jenis font Truetype diciptakan oleh banyak perusahaan dan terdiri dari satu jenis saja. Beberapa software desain grafis memberikan font truetype secara grafis sehingga banyak berkembang font Truetype.

Sabtu pagi jam 10.00, Joko, seorang Operator Pacetak di sebuah Reprohouse harus rela kerja lembur sampai pagi karena ulah 'missing font' dari seorang klien. Joko harus meng-output film separasi clad sebuah buku autobiograJi seorang Jenderal. Masalahnya, buku tersebut diotah dengan software PageMaker dengan 6.5 dari PC. Jenis font yang dipilih oleh sang Desainer adalah font Helvetika, sebuah font yang sangat umum.

Tapi sayangnya, Desainer tidak melampirkan font tersebut karena berasumsi bahwa 'semua orang punya font tersebut. Dan BENAR, Joko punya font Helvetika, tapi ketika file tersebut dibuka pada komputer Joko, semua kalimat dan paragrafnya bergeser sehingga teks menjadi berantakan dan tidak cocok ukurannya. Apalagi ada gambar di tengah-tengah halaman. Wah gimana ini dan semua teks dibuat autoflow, sehingga bila bergesar satu yang lain ikut bergeser juga.


Ternyata, pada kenyataan ditapangannya, jenis font Helvetika ada yang `real' Helvetika dan ada Helvetika yang dimodifikasi. Dicheck pada bank font Joko ada Helvetica, HELVETIKA, Helvetika, helvetika, yang mana yang benar??? Tiap jenis font tersebut punya kerning yang berbeda. Yang pasti Joko hanya sempat lembur Sabtu itu dan tidak malam mingguan.



Jenis font ini sering menimbulkan masalah saat dilakukan output film karena jenis font ini tidak bisa langsung diterima oleh RIP pada imagesetter.
Pada saat Truetype font di-embed pada postscript file, maka oleh "postscript printer driver"(PPD) di-convert ke dalam bentuk PostScript Countour Font kemudian di-output ke imagesetter atau CtP atau Postscript printer lainnya.
Proses convert inilah yang sering bermasalah karena sangat tergantung pada kemampuan PostScript Printer Driver RIP (Roster Image Processor) dari jenis perangkat output yang digunakan.

a. Convert to Path
Fasilitas Convert to Path digunakan untuk menghindari terjadinya missing font saat desainer membuat suatu publikasi pada software aplikasi grafis terutama aplikasi layout.
Fasilitas ini dapat ditemui pada beberapa software grafis, diantaranya; Macromedia FreeHand, Adobe Illustrator, Adobe InDesign dan CorelDraw.
Pada beberapa software aplikasi, istilah ini disebut juga dengan Create Outline. Kelebihan fasilitas ini adalah teks akan menjadi bentuk vektor clan untuk menghindari terjadinya missing font. Sedangkan kelemahannya adalah kapasitas file menjadi lebih besar, jika banyak font yang di convert to path.

b. Attachment Font
Attachment font adalah melampirkan font yang digunakan pada file/ dokumen.
Untuk menghindari terjadinya missing font, pada software layout, seperti PageMaker, dan QuarkXPress yang tidak mempunyai fasilitas Convert to Path, maka font-font tersebut harus dilampirkan dalam satu folder.
Jika sebuah dokumen yang dibuat menggunakan software page layout tidak dlampirkan dengan font yang digunakan, maka pada saat proses produksi akan terjadi missing font. Umumnya pada Reprohouse, font yang missing/hilang akan secara otomatif diganti dengan font jenis Courier. Atau biasanya mereka mencari font yang mirip, namun kerning clan leading belum tentu sama sehingga cukup beresiko.

c. Minimum Font
Font yang terlalu kecil akan menyulitkan pembacaan. Terutama bila teks tersebut di reverse atau diapositif Pada hasil cetaknya, teks yang di reverse akan dipengaruhi oleh dot gain cetak yang mengakibatkan font bertambah kecil apalagi font berkait.

d. Tesk Raster


e. Tesk diatas gambar.

Penempatan tesk diatas gambar seringkali menyebabkan tesk tersebut sulit dibaca. Oleh karena itu ada alternatif cara penyajian yang dapat membantu memperjelas keterbacaan tesk pada sebuah gambar seperti Offset Drop Shadow, Outline, Transparent Type, Tone Down.

VEKTOR


Gambar Vektor
Pada gambar vektor, gambar dibuat melalui garis, kurva clan bidang secara matematik. Setiap garis, kurva clan bidang memiliki atribut, yaitu fill clan stroke, ukuran stroke, jenis caps stroke, jenis join stroke, clan lain-lain.

Mengubah atribut tidak berimplikasi pada penggunaan atau perusakan kualitas gambar. Demikian juga saat memodifikasi atau mentransformasi bentuk dengan perangkat yang tersedia, seperti memperbesar atau memperkecil, memutar, merefleksi dan lain-lain. Gambar vektor tidak
tergantung pada resolusi (resolution independent).

Teks atau logo sangat disarankan dibuat secara vektor pada softwaresoftware pendukungnya seperti Freehand, Illustrator ataupun yang lainnya. Perlakuan yang tepat antara image clan vektor akan membuat hasil produksi cetak "exellent"


Hal yang perlu diperhatikan jika bekerja dengan gambar vektor.


  1. Pastikan warna desain vektor anda sesuai dengan warna pada color chart untuk mengecek nilai warna gunakan fasilitas info pada software desain anda.
  2. Pastikan warna vektor anda adalah CMYK, bukan warna RGB
  3. Sebelum final art diserahkan kebagian produksi, pastikan elemen-elemen diluar page layout dibuang.
  4. Hindari penggunaan path yang terlalu banyak. Karena akan mengakibatkan timbulnya masalh pada proses output ke imagesetter atau Ctp. Rip pada imagesetter harus “bekerja keras” menerjemahkan tipa path agar dapat di output. Seberapa patokan path yang boleh tau tidak sangat tergantung sberapa ‘powerful’ RIP dari perangkat output yang digunakan.
  5. Hindari paste inside/cut contain. Melakukan paste inside atau cut conatin pada software ilustrasi seperti ilustrator atau freehand dalam jumlah banyak akan menyulitkan saat output ke CtP atau CtF. Proses tersebutsebaiknya dilakukan pada software Photoshop.

Cropping & Rotate

Cropping & Rotate gambar sebaiknya juga dilakukan di Photoshop, jangan diaplikasi software ilustrator atau page layout karena saat output tetap akan terbaca file aslinya yang besar dan akan memperlambat proses ripping.
6. Pengaruh warna background terhadap tampilan warna logo. Tipsnya : Warna logo sebaiknya berupa warna spot color untuk menjaga konsistensi warna.

MANAGEMENT FILE

Management File - bertujuan untuk mengatasi agar komponen komponen dari sebuah data digital tidak menimbulkan masalah pada saat produksi prepress. Dibawah ini merupakan cara bagaimana management terhadap sebuah data digital:

a. Mengatasi missing link pada data digital.
Missing link pada sebuah data digital bisa berupa hilangnya gambar digital, font dan vektor.
Untuk mengatasi mising link, seorang desainer harus melampirkanlattochmeni komponen-komponen data digital yang digunakan kecuali pada komponen data digital yang berupa teks dan dibuat pada software pengolah vektor bisa menggunakan fungsi convert to path, hanya saja resikonya ukuran data digital akan menjadi lebih besar.
Untuk komponen data digital yang berupa gambar bitmop, seorang desainer harus melampirkan data yang high-resnya jangan sampai hanya yang resolusi rendahnya saja yang biasa disebut FPO (for position only).
Selain itu juga desainer harus melampirkan elemen data digital tersebut dengan pengkategorian/ pengklasifikasian folder yang rapi supaya memudahkan dalam proses up date/ re-link di reprohouse. Pengklasifikasian yang rapi pada sebuah CD yang terdiri dari folder gambar bitmap, folder font dan folder elemen data digital lainnya serta folder aplikasi yang digunakan dibuat terpisah.

b. Membuang/menghapus elemen yang tidak diperlukan
Elemen yang tidak diperlukan terdiri dari dua macam yaitu:
  • Elemen tidak penting yang ada di luar page layout.
  • Elemen ini bisa berbentuk shape, line clan gambar bitmap. Elemen ini akan terlihat bila magnifier/tampilan diperkecil clan akan terlihat dibagian luar page.
  • Elemen tidak penting yang ada di dalam page layout yang disebut nesting. Elemen ini akan terlihat jika diaktifkan, karena sebetulnya elemen ini kosong, misalnya mau membuat teks tapi tidak jadi sebenarnya frame sudah terbuat.

Software - Gunakan software khusus Desain Grafis dalam membuat suatu desain yang akan diproduksi cetak. Jangan gunakan software Microsof Office untuk produksi cetak offset., namun untuk digital printing boleh digunakan. Contohnya adalah Photoshop, Freehand, Ilustrator, Pagemaker, Indesign, Quark Expres.

c. Buatlah pekerjaan sesuai dengan software aplikasi yang sesuai
Untuk membuat sebuah majalah, disarankan menggunakan software aplikasi layout, seperti: Adobe InDesign, QuarkXPress, Adobe PageMaker, jangan disoftware Illustrasi, apalagi Illustrator yang tidak memiliki fasilitas lay out pages, sehingga tiap halaman dibuat terpisah. karena saat produksi, halaman-halaman akan dilakukan dengan software imposisi yang mengatur secara otomatis. Jadi bisa dibayangkan kalau sebuah majalah memiliki 100 halaman, maka akan ada 100 file. Saat output film atau plate, maka operator akan "mabok" menyusun ulang dan waktu pengerjaannya juga akan menjadi lama.

Dokumen - Pembuatan ukuran dokumen yang baik, sebaiknya dibuat sesuai ukuran jadi pada document setup, misal A4. Banyak kejadian dokumen yang dibuat ukuran A3, tapi ukuran jadinya A4. Hali ini akan memperlambat proses pracetak di reprohouse, apalagi terdiri dari banyak halaman. Overprint adalah suatu proses perpaduan lapisan warna dari sebuah objek. Tujuan dilakukan overprint adalah untuk menghindari terjadinya warna putih pada cetakan karena miss register.

PREFLIGHT

Preflight
Preflight ini dapat juga dijumpai pada software InDesign CS, Adobe Acrobat 7.0 dan Enfocus Pitstop 6.0 yang merupakan plug-in pada PDF.
Preflight merupakan istilah baru dalam dunia grafika dan publishing untuk proses pengecekan suatu dokumen dan kebutuhan link-link grafik yang dibuat.
Dengan menu preflight kita dapat mengetahui dan mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan pada dokumen, seperti ukuran file, gambar digital, RGB atau CMYK atau font yang hilang.
Berdasarkan informasi inilah pihak percetakan akan menyiapkan segala hal yang diperlukan untuk mencetak dokumen sesuai yang diinginkan oleh customer .

Fungsi Preflight
  • Memeriksa struktur file, setiap elemen file dan semua hal yang mendukung file tersebut.
  • Melaporkan semua yang ditemukan pada fileldokumen yang diperiksa
  • Mengumpulkan semua masalah output yang ditemui

Manfaat Menggunakan Preflight
Mencegah cerjadinya kesalahano kesalahan dalam persiapan data digital pada bagian prepress. Proses preflight ini dilakukan dengan software tersendiri, yaitu software FlightCheck 5. Tapi perlu diingat preflight ini hanya memeriksa/mengecek tidak memperbaiki file tersebut jika ada masalah yang ditemui. Data yang diperiksa adalah gambar, font, warna yang digunakan, informasi cetak, informasi file, informasi page/halaman dan lain-lain.
Hasil preflighting dari dokumen-dokumen yang diperiksa berupa dokumen tesk yang dapat juga disimpan dalam format PDF. Proses preflighting pada Indesign akan membawa kita kesebuah kotak dialog tempat kita menentukan setting-an kita sendiri. Kita dapat mengatur nilai-nilai default yang ada dengan nilai yang kita inginkan.

BLEED & TRAPPING


Bleed
Bleed adalah istilah yang diberikan diperlukan oleh karena setelah dicetak untuk bagian gambar yang dicambahkan maka halaman harus dipotong dan d pada sekeliling sisi dengan tanda Besarnya bleed pada setiap halaman potong. Tanda potong tersebut nilainya ± 3 mm dari ukuran yang sebenarnya.

Trapping
Trapping adalah metode yang digunakan menghindari masalah register di percetakan dengan cara menambah shape pada pinggir objek sebesar 0. 15 - 0.30 mm. Pada saat pencetakan, bisa saja terjadi pengembangan kertas sehingga menimbulkan missregister, sehingga menimbulkan efek putih yang tidak diinginkan. Efek trapping sangat diperlukan bila menggunakan warna spot atau khusus dan juga dalam industri packaging terutama gravure.
Pada software Freehand menu trapping ada pada menu Window > Toolbar > Xtra Operations> trap. Software khusus yang mengangani trapping antara lain ArtPro atau Super trap,dimana trapping dilakukan secara automatik dan sangat cepat clan akurat.

"Boy ... secara over all sih sudah bagus ya, tapi kok ada line putih sih diatas bagian teks produknya? Ada yang kelihatan putihnya, dan ada yang tidak ", tanya Marketing manager sebuah perusahaan makanan bayi kepada Boy, sang Desainer dari sebuah Advertising.
Boy menyadari bahwa teks yang menggunakan warna khusus (spot color) lupa diberi efek trapping, sehingga saat cetak bergeser 2 mm saja registernya, maka akan muncul efek putih tersebut.
Hal kecil, tapi tetap saja kalau urusannya dengan produksi masal perlu extra hati-hati dan teliti. Sorry!

OVERPRINT


Overprint akan mengurangi resiko kesalahan jika dilakukan dengan tepat. Tetapi jika penggunaannya tidak tepata maka justru akan menjadi sumber masalah.

Overprint Teks
I. Teks hitam dengan bacground warna
Teks hitam diatas background warna harus dioverprint. MENGAPA?? Karena jika cetakan yang dihasilkan tidak register maka akan timbul warna putih disekeliling teks. Warna putih tersebut muncul karena pada area background yang ditempati dengan teks tidak tertutup oleh tinta.
Fasilitas overprint dapat ditemukan pada beberapa sofware aplikasi, Macromedia FreeHand adalah salah satunya. Untuk software lainnya yang tidak memiliki fasilitas ini maka overprint dilakukan pada saat output film dilakukar (menu pada imagesetter atau CtP).

2. Teks warna dengan bacground warna
Teks warna diatas background warna tidak boleh dioverprint. MENGAPA?? Karena jika dioverprint maka warna teks akan berubah. Warnanya akan bercampur dengan warna dari background.

3. Teks putih
Teks putih tidak boleh di-overprint. Jika di-overprint maka pada monitor teks putih tetap terlihat tapi pada saat cetak, teks putih tersebut akan hilang. Hal ini dapat terjadi jika menggunakan software aplikasi Illustrator atau Indesign. Untuk mengetahui overprint atau tidaknya teks putih diatas gambar dapat diperiksa pada menu View <>

"Oh My God, kenapa teksnya jadi tidak terbaca begini? harusnya kan hitam saja?" Reza. seorang Desainer free/once. tertegun mengamati 4 lembar berwarna dari Company profile yang berisi 48 halaman dan dipesannya sebanyak 1500 eksemplar. Kebetutan 4 lembar tersebut backgroundnya terdiri dari warna hijau tua, teksnya hitam 9 pt.
Reza benar-benar merasa "kecolongan" ada beberapa halaman dari pekerjaannya yang lupa diberi tanda overprint pada bagian black atau hitamnya. Pihak repro house biasanya tidak menyadari juga karena ada banyak halaman yang harus dioutput dan lagi untuk masalah overprint akan terlihat jelas efeknya saat dicetak.
Siapa yang harus disalahkan? Yang pasti Reza yang dirugikan dan dia berharap sang "customer" tidak terlalu terganggu dengan ke-4 halaman tersebut, semoga....

PROGRESSIVE PROOF

Progressive proof adalah suatu proses proof cetak yang dilakukan menggunakan sistem cetak offset dalam bentuk yang lebih sederhana dan manual.
Progressive proof sering disebut juga dengan proof konvensional atau proof manual. Progressive proof ini digunakan sebagai panduan warna pada percetakan. Sistem ini digunakan selama alur kerja kita masih menggunakan imagesetter (CtF).
Proses pembuatan proof ini dilakukan satu per satu seperti pada pencetakan menggunakan mesin satu warna. Saat ini kondisi mesin proof semakin kurang optimal dan sudah tidak diproduksi lagi, sehingga suku cadangnya sudah tidak lagi ditunjang oleh vendor (pembuatnya) clan biaya perawatannya menjadi lebih mahal.

Kelebihan Progressive Proof
I. Lebih 'aman' dijadikan contract proof karena saat produksi juga akan menggunakan separasi yang sama
2. Simulasi untuk hasil cetak sebenarnya lebih mendekati karena sama-sama menggunakan komponen cetak yang sama
3. Untuk warna khusus yang sangat mirip sesuai produksi akhir sehmga biaya cukup mahal

Kelemahan Progressive Proof
I. Prosesnya dilakukan secara manual sehingga sulit dibuat standarisasi dam kurang konsisten
2. Memiliki masalah kerataan tinta pada seluruh bidang cetak
3. Warna tidak stabil sehingga tiap lembar memiliki warna yang berbeda
4. Kurang efisien, karena tetap memerlukan film separasi
5. Perlu ruang kerja yang luas
6. Biaya produksi menjadi lebih tinggi. karena memakai bahan baku pelat. kertas, tinta, chemicol dan tenaga operator lebih dari satu.
7. Warna suatu gambar akan dipengaruhi warna dominan disekitarnya

Ketika warna hasil progresive proof yang perotama tidak sesuai, maka pada umumnya customer meminta diulang. Pengulangan tersebut biasa dilakukan dengan cara; pertama, mengganti film separasinya dan mengedit digital filenya terlebih dahulu atau cara kedua,cetap menggunakan film yang sama, namun jumlah tintanya diatur saat cetak progresive proof, hal ini sangat mudah dilakukan mengingat semua proses dilakukan secara manual.
Contoh Manual suatu produk kosmetik diatas terpaksa melakukan penggulangan progressive proof 2 kali. Klien ingin hasil progressive proofnya sama seperti pada contoh gambar I tapi secelah diproof kembali tapi hasilnya tidak sesuai dengan yang diinginkan.
Hasil pada proof pertama ternyata warna cetakannya lebih bluish karena warna proof tetangganya dominan biru.
Sedangkan pada progressive proof yang kedua hasilnya lebih redish, karena warna cetakan tetangganya lebih dominan merah.

PROFF TO FILM


Computer to Film & Computer to Plate.

Alur Kerja di Reprohouse - Reprohouse merupakan sebuah perusahaan yang memberikan jasa pembuatan film separasi clan progressive proof. Proses alur kerja dimulai dengan menerima data digital dari odvertisinglcusiomer (saat ini semu2 gambar digital biasanya langsung dari kamera digital, jadi customer jarang membawa photolslide untuk discon). Data digital tersebut kemudian dibuka pada PC atau Macintosh Untuk diperiksa kelengkapannya agar tidak terjadi masalah pada output film. Kemudian data tersebut dibuat menjadi data postscript atau file PDF clan dioutput ke Imagesetter (CtF) melalui RIP (Roster Image Processor), untuk menjadi film separasi. Kemudian melalui platemaker dikontak menjadi pelat cetak dan siap dibuat progressive proof

Bagaimana Menilai Film Separasi yang baik?
Sebuah reprohouse yang baik harus melakukan kalibrasi film secara rutin untuk menjaga kualitas film separasinya. Dan alat ukur yang dipakai untuk kalibrasi adalah berupa densitometer film.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan untuk memeriksa kualitas dari film separasi, antara lain: register, density dan linearisasi.
  • Density - Desity adalah nilai kepekatan film separasi. Nilai density maximum yang disarankan adalah 3.8 - 4.2D. Untuk mengetahui nilai density suatu film harus menggunakan alat ukur densitomer tronsporancy. Nilai density yang rendah akan mengakibatkan warna solid pada hasil cetakan akan terlihat pudar atau warnanya tidak pekat. Salah satu penyebab density rendah karena kondisi processor yang kurang baik.
  • Linearisasi Dot (Raster) - Linearisosi dot artinya raster 50% pada file digital harus keluar 50% juga pada film dengan toleransi +2%.
"Ini sebenarnya siapa sin yang salah? Digital files saya? Monitor saya? atau repro-nya?"
"Kok, warna mobilnya 'ga dapet-dapet. Hasil progressive proof yang pertama, kekuningan. Setelah digital filesnya, saya turunin kuningnya, kenapa ya sekarang progressive proof yang kedua jadi kemerahan. Saya turunin lagi merahnya di digital filenya, eh sekarang, progressive proof yang ketiga, justru tambah ngaco."
"Gile bener deh, mana sudah deadline lagi!!"

Tips : Untuk memeriksa density tanpa densitometer dapat digunakan alat tulis (pulpen). Perhatikan color bar pada film separasi. Letakkan pulpen tersebut dibelakang warna solid (100%) dari film separasi yang akan dicek. Perhatikan bayangan pulpen tersebut tidak berarti densitynya baik. Untuk memeriksa linearisasi dot (raster) perhatikan dot 50% dengan menggunkan lup. Dot 50% akan saling bersinggungan atau berdekatan, jika singgungan dot tersebut jaraknya jauh berarti nilai dot tersebut kurang dari 50% dan sebaliknya jika singgungannya dot overlap maka nilai dot tersebut diatas 50%.

Screen Ruling - Screen ruling disebut juga raster meskipun istilah tersebut kurang tepat, namun sudah menjadi istilah umum dalam percetakan. Hal yang perlu diinformasikan oleh Desainer kepada Reprohouse adalah berapa screen rulling (Ipi) yang diperlukan. Screen ruling menyatakan banyaknya garis dalam satuan inch, atau menunjukkan kerapatan dot yang akan direproduksi. Penentuan nilai screen ruling ditentukan oleh jenis cetak dan kertas yang digunakan.


PERENCANAAN PRODUK

Shinta, seorang desainer sedang membuat brosur sebuah produk baru sebanyak 20 rim. Keinginan customernya adalah brosur tersebut terlihat mewah dan lux. Setelah konsep desain selesai dan dibuatkan Final Artwork (F/A), Shinta pergi ke reprohouse dan membuat film separasi serta progresive proof-nya. Shinta tidak menyebutkan bahwa pads saat cetak dia akan menggunakan fancy paper dengan warna dasar abu-abu muda. Akhirnya hash progresive proof yang dibuat diatas art paper (yang memang default dari reprohouse) dengan screen ruling 175 lpi di approval oleh customer. Setelah itu, Shinta pergi ke percetakan untuk memperbanyak brosurnya sebanyak 20 rim. Shinta menyerahkan kertas fancy dan film separasi beserta progresive proof-nya dan menginformasikan agar diberikan laminating dolt saat finishing nanti. Dua hari kemudian, Shinta datang ke percetakan tersebut dan melihat hasilnya, wow...betapa terkejutnya Shinta melihat hash cetak brosurnya.

Semua gambar terkesan “mendam” dan agak gelap. Wah...mana semua gambar merupakan gambar produk yang akan di launching, sehingga harus mirip dengan aslinya. Waktu hanya tinggal besok, bagaimana ini?


Kenapa percetakan tidak memberitahukan kalau ada perubahan warna dari progressive proof yang diberikannya? dan juga nilai lpi (screen ruling) untuk fancy paper seharusnya 133 lpi? Kenapa pihak percetakan tidak memberitahukan kalau kertas dengan dasar abu-abu dapat begitu beda dengan kertas putih art paper?


Nasi sudah menjadi bubur. Pihak percetakan menawarkan untuk mencetak ulang, tapi siapa mau bayar harga kertas fancy sebanyak 20 rim? Lalu dimana profesionalisme Shinta sebagai seorang desainer? Dapatkah dia dipercaya lagi? Terlalu mahal harga yang harus dibayar hanya karena sebuah perencanaan yang kurang matang dan komunikasi yang kurang baik. Oh


Perencanaan yang matang

Apakah Anda customer dari sebuah percetakan atau reprohouse, perencanaan sebuah pekerjaan cetak sangat membutuhkan beberapa keputusan,sesedehana apapun pekerjaan tersebut. Apalagi pekerjaan yang kompleks baik desain, printing maupun finishing-nya. Setiap keputusan dapat mempengaruhi semua tahapan produksi dari awal hingga finishing.

Ketika anda memutuskan untuk menggunakan kertas fancy paper yang memiliki warna dasar tertentu, maka Anda harus mengkomunikasikan dengan pihak reprohouse agar screen ruling dapat disesuaikan clan juga gambar-gambarnya juga harus diedit kembali untuk mengkompensasi warna dasar kertas tersebut. Bisa dibayangkan betapa repotnya apabila ketika film separasi sudah dibuat lalu ada perubahan kertas maupun oplah cetak.


Perencanaan yang teliti dan hati-hati sangat membantu dalam mengontrol efektivitas, kualitas, jadwal dan harga suatu produksi cetak. Komunikasi yang baik antara pihak yang terlibat dalam proses produksi tersebut akan sangat membantu menghindari timbulnya masalah dan terlebih-lebih biaya produksi yang membengkak.
Ada beberapa pertanyaan sebagai guide line perencanaan suatu pekerjaan supaya hasil produksi cetak dapat mencapai kualitas yang diinginkan, budget yang terkontrol dan waktu yang tepat.

Apa tujuan Anda
Tujuan Anda atau perusahaan Anda dalam membuat suatu “produk cetak” mungkin ingin menginformasikan, menjual, menginspirasikan atau meng-entertain customer atau memperbanyak jumlah customer.

Dengan mengetahui tujuan eksplisit produk cetak tersebut dan membuat target yang lebih spesifik, akan mengarahkan Anda dalam menjawab tentang konsep desain, kualitas dan harga. Beberapa waktu lalu, saya menerima brosur sebuah bank yang lagi ingin mempromosikan beberapa program kepada nasabahnya. Desainnya unik karena disertai “embel-embel” kalender mini yang lucu. Cukup menarik, membuat saya tetap menyimpan brosur tersebut karena kalender mininya, meskipun belum tentu saya mengambil program yang ditawarkan brosur tersebut.


Siapa “audience” Anda?
Apakah Anda ingin menjangkau customer atau orang-orang yang sudah mengenal produk Anda atau belum? Apakah pembacanya nanti perempuan, laki-laki atau siapa saja? Apakah mereka anak muda? orang dewasa atau orang tua diatas 40 tahun?
Target pembaca Anda akan mempengaruhi berbagai option dalam pembuatan desain. Desain poster konser musik rock pasti akan berbeda gayanya dengan poster seminar akademis, ya kan?

Bagaimana pembaca akan menggunakan “produk cetak” tersebut?
Kebanyakan orang membaca buku atau majalah secara berurutan tapi hanya sekilas pada topik-topik tertentu. Untuk newsletter atau direct mail, biasanya pembaca melihat dengan sekilas dan cepat. Tapi untuk brosur atau katalog biasanya agak lama. Sehingga dalam hal ini tentu harus diperhitungkan konsep disain, flexibilitas membacanya dan lain-lain.

Jika produk cetakan berupa menu makanan yang dipegang berkali-kali, maka harus direncanakan bagaimana supaya produk cetakan tersebut awet, warna tetap menarik meskipun dibawah lampu yang agak remang-remang, tekstur kertas yang enak saat dipegang, penjilidan yang tidak mudah sobek, clan sebagainya.


Apakah proses yang lain berpengaruh pada “produk cetak Anda”?
Perlu dipikirkan juga ‘produk cetak’ yang Anda buat apakah sesuai dengan proses yang lain? Apakah ukuran desain label yang dibuat sudah pas dengan ukuran botolnya. Apakah ukuran desain produk Anda sudah cukup efisien dengan ukuran kertas yang dipakai?

Berapa oplah cetak yang diinginkan?
Saat ini sesuai dengan kemajuan teknologi ada beberapa alternatif ‘produksi cetak’ yang sangat membantu dalam hal kecepatan clan harga. Jika memang undangan seminar yang dibutuhkan hanya untuk 400 atau 500 buah dengan ukuran A5, maka teknologi digital printing adalah solusi yang terbaik. Selain cepat juga lebih murah dibanding dengan biaya produksi cetak.

Cost dan Quality
Istilah "ada harga ada rupa" tidak saja berlaku di pasar Mangga Dua yang menjual berbagai jenis pakaian jadi. Bisa jadi berlaku juga dalam Industri grafika. Suatu produk cetak yang berkualitas cak bisa dipungkiri sedikit banyak memerlukan "cost" yang tidak murah. Ditinjau dari kualitas cetaknya, majalah "Concept", majalah untuk para desainer yang diterbitkan di Jakarta memang bagus. Kertasnya bagus (pakai fancy paper), desainnya bagus dan menarik (gambar vektor clan bitmap diperlakukan dengan benar), dicetak dengan mesin cetak yang "bagus" Dan sebagainya.

Semua sudah dikonsep dan direncanakan dengan benar. Biaya produksi Iebih mahal? So pasti, harga jual lebih mahal? So pasti, apakah banyak peminatnya? Tentu saja. Ternyata ada pangsa pasarnya sendiri yang benarbenar menikmati desain dan produk cetak yang berkualitas clan mau membayar harga. Yang pasti oplah cetak semakin meningkat hingga saat ini.


Mengamati perkembangan dunia publishing di Indonesia sekarang ini, yang namanya majalah dan tabloid sudah tak terhitung jumlahnya. Bak jamur di musim hujan, dalam kurun waktu beberapa tahun saja jumlah majalah dan tabloid meningkat drastis. Mulai dari asli buatan Indonesia,
sampai yang "franchise" dari luar negri.

Mulai dari segmen balita, ABG (Anak Baru Gede), Wanita muda, Ibu rumah tangga, Wanita bekerja, wanita umur 40+ clan sebagainya, belum lagi untuk kaum prianya clan berbagai majalah produk yang lagi berkembang di masyarakat. Dan yang juga cukup 'seru' adalah info media TV ikutan diubah menjadi tabloid atau majalah, sehingga menambah berbagai variasi dalam media cetak. Ketika semua majalah di"pajang" di counter majalah, maka secara otomatis para pembacanya akan membandingkan yang satu dengan yang lain.
Untuk majalah wanita, saya biasanya melihat tampilan fisiknya dahulu, bagus 'go, keren 'go? baru kemudian melihat isi berita atau informasi yang disajikan.

Kompetisi yang semakin gencar mau tidak mau "memaksa" sejumlah penerbit terus menerus meningkatkan kualitas fisik maupun materinya. Permainan warna cukup memegang peranan yang penting. Majalah yang mengandung warna khusus atau spot color akan terlihat lebih menarik dan exclusive clan tampil beda dibanding yang lain. Biaya produksi lebih mahal? Tentu saja. Harga jual lebih mahal? Tentu saja, pembaca lebih banyak? eit no comment. Yang pasti ada segmen pasar yang "haus" dengan suatu produk cetak yang berkualitas baik fisik clan juga materinya. Yang pasti "penyakit" mau tampil lebih keren bersifat menular clan manusiawi.
So, make up your a choice!